Selasa, 17 November 2009

NORMING PENGEMBANGAN DARI STRUKTUR KELOMPOK

Bayangkan bila anda adalah seorang penjelajah dari sistem tata surya yang jauh. Meskipun kamu telah dihadapkan dengan banyak hal aneh dan unik di dunia ini dalam perjalanan kamu, kamu harapkan untuk melihat: sebuah matahari besar yang berbentuk gas yang menyediakan kehangatan dan cahaya, satu atau lebih planet mengitari matahari dalam orbitnya masing-masing dan dalam jarak yang berbeda-beda, dan objek yang lebih kecil yang mengitari planet-planet tersebut. Kemudian kamu memberikan perhatian yang seksama terhadap keberaturan planet-planet yang dijelaskan oleh aturan-aturan fisika mengenai kecepatan, massa, dan gravitasi: kekuatan dari ketahanan planet menempati orbitnya, pengaruh setiap objek dalam tata surya kepada setiap objek lain dan pola dari hubungan diantara sistem tata surya. Demikianlah, seperti pengalaman penjelajah yang kamu harap temukan dalam sistem tata surya. (1) beberapa tipe objek ( matahari, planet, bulan) dan (2) bukti dari beberapa ketetapan hukum fisika (3) hubungan diantara objek-objek (daya tarik gravitasi, gaya tolak)
Sekarang bayangkan kamu adalah seorang penjelalah dari kelompok kecil. Sekalipun kamu telah menemukan banyak hal aneh dan unik dalam kelompok-kelompok studi kamu, sebagaimana pendekatan beberapa corak kelompok yang kamu harapkan : seorang pemimpin yang mengatur kegiatan-kegiatan, kelompok dan memberikan kehangatan emosional, di sekitar satu atau lebih anggotanya, setiap kegiatan interaksi dengan pemimpin dan anggota lainnya dengan beragam cara. Kemudian, kamu memberikan perhatian dengan seksama terhadap keberaturan dalam kelompok, pengheruh dari setiap orang terhadap orang lain, dan pola hubungan dalam kelompok. Demikianlah, dalam kelompok semua kelompok kamu akan mengharapkan untuk menemukan: (1) beberapa tipe dari anggota kelompok (pemimpin, pengikut, dan pembelot) dan (2) bukti dari adanya hukum dalam kelompok yang ditetapkan (3) hubungan diantara anggota-anggota kelompoknya (pemimpin berbicara kepada pengikut, pengikut tidak menyukai para pembelot).
Analogi antara tata surya dan kelompok ini diajukan karena lebih membantu menjelaskan apa sebenarnya konsep yang tidak jelas¬—yaitu struktur kelompok. Meskipun seorang astronot dan sebuah dinamika kelompok dapat diamati sebagai suatu entitas yang unik, tetapi akan diperoleh kelebihan jika menggambarkan kesamaan yang diaplikasikan terhadap semua sistem dari semua kelompok. Kemudian astronot menemukan sebuah sistem tata surya yang baru, yang memiliki segi unik tentang bukti-bukti dari sistem struktur dasar—tipe dari planet, operasi dari hukum fisika, dan hubungan diantara benda-benda angkasa. Kesamaannya, corak dinamika kelompok termasuk segi unik dari kelompok untuk bukti dari struktur dasar—tipe-tipe dari peran kelompok, eksistensi dari norma-norma kelompok, dan hubungan intermember dalam kelompok. Dibekali dengan tiga pemahaman dari fakta dalam kelompok tersebut, para peneliti dapat memperoleh segenggam pengetahuan dari struktur kelompok tentang kerangka yang tidak terlihat yang menahan nilai kelompok secara bersama dan sebagian untuk keberaturan tingkah laku para anggota. Sekali struktur kelompok teridentifikasi, hakekat dari interpersonal dalam kelompok dapat dimengerti secara jelas seperti pergerakan planet mengitari matahari.
Walaupun struktur dari kelompok dapat dilihat dari nomor perspektif keberbedaan. (Scott & Scott, 1981), bab ini menjelaskan topik dengan mempertimbangkan keseragaman tingkah laku anggota dalam kelompok, pengaturan standar kelompok, dan cara-cara anggota dihubungkan. Dalam bab sebelumnya kita memeriksa tiga tipe hubungan intermember—relasi otoritas, relasi attraction, dan hubungan komunikasi. Sebelum mempertimbangkan isu tersebut, bagaimanapun kita memeriksa dua konsep kunci—peran dan norm—dengan mengaplikasikan keduanya dalam ice break kelompok yang menarik: orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di pantai Andes.

A. Peran
Dalam bab satu secara singkat dijelaskan petualangan kelompok pemberani dari laki-laki dan perempuan yang melewati semua rintangan, yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat di Andes. Meskipun sudah untung untuk selamat, para penumpang segera menyadari mereka bisa tertolong dengan banyak ketidak beruntungan sebelum mereka diselamatkan. Pilot dan kopilot yang merupakan pemimpin dalam pesawat tersebut yang mengetahui cara menyelamatkan diri telah terbunuh dalam kecelakaan tersebut. Secepatnya semua orang yang selamat mengalami luka-luka, dan beberapa orang cidera berat. Satu-satunya tempat berlindung dari kedinginan dan hujan salju telah hancur tertabrak pesawat, dan kondisi yang mencekam disebabkan ketidaknyamanan dan kesakitan. Makanan telah langka, air hanya bisa didapat setelah mencairnya salju sepanjang hari.yang penuh cahaya matahari. Dan satu-satunya bahan baker apai adalah sebongkah kayu dari sebuah peti.
Jika orang-orang yang selamat telah diselamatkan hari esoknya, kemudian sebuah sebuah struktur kelompok tidak akan pernah dikembangkan. Waktu yang dihabiskan bersama orang-orang ini di lereng gunung akan terlalu singkat dan suatu sistem yang rumit tentang hubungan internal tidak akan diperlukan. Sayangnya, Angkatan Udara Uruguay tidak bisa menemukan lokasi tabrakan dan berhenti mencar setelah delapan hari. Terjebak di tempat yang tertutup salju Andes merebut kelansungan hidup di iklim yang ganas, kelompok terpaksa menahan untuk dirinya sendiri. Kelaparan, terluka dan kelelahan, setiap anggota bertahan menjadi tak memungkinkan untuk saling berhubungan sebagai kelompok individu yang bersama menghadapi tantangan. Kepentingan koordinasi kelompok ini adalah untuk pengembangan peranan dan norma-norma tertentu secara relatif dalam kelompok tersebut.
1. Hakikat peran
Pada keesokan hari setelah kecelakaan para penumpang membangkitkan diri sendiri keluar dari shock mereka dan menyelamatkan diri, memperoleh makanan dan air, dan membuat sebuah tempat perlindungan yang seadanya di dalam badan pesawat. Marcello, kapten dari tim rakbi yang mencarter penerbangan itu , mengambil kendali kesluruhan situasi dan mengorganisir orang yang mampu bekerja. Dua diantara laki-laki merupakan mahasiswa kedokteran, dan mereka telah diberi tanggung jawab untuk menangani yang terluka. Seorang wanita yang lebih tua diantara mereka disepakati sebagai perawat mereka. Kelompok laki-laki lain ditugasi melelehkan salju untuk air minum, dan kelompok lain mengatur dan membersihkan tempat perlindungan. Berbagai posisi dalam kepemimpinan kelompok, dokter, perawat, pencair salju, mengartikan peran yang ditetapkan oleh anggota kelompok. Ketika seseorang mengambil peran tertentu dalam suatu kelompok, ia cenderung untuk terlibat dalam suatu standar berperilaku yang memberikan arah, menolong yang sakit, melelehkan salju, atau membersihkan. Lagipula, interaksi antar anggota kelompok mengarahkan kesebuah pola teladan yang lebih besar yang ditentukan oleh kelompok. Sebab peran yang baru dikembangkan, orang-orang yang selamat berubah peran dari suatu tim rakbi menjadi suatu kolmpok yang terstruktur.
Konsep dari peran telah dipinjam para pakar dari teater, di mana istilah tersebut mengacu pada karakter aktor dalam pementasan teater. Tentu saja arti istilah tersebut sedikit berubah ketika digunakan dlam ilmu dinamika kelompok. Dan hubungan antara peran aktor dalam drama dan peran anggota dalam kelompok sangatlah dekat. Sebagai contoh, sama halnya peran dalam teater, dialog menentukan tindakan yang diambil oleh seorang aktor, maka peran dalam kelompok mendikte bagian itu, anggota mengambil bagaian yang dibicarakan, hingga berkontribusi membuat sebuah jenis tingkahlaku yang mereka laksanakan. (Lihat tabel). Sebagai tambahan, seperti peran dalam teater, peran tidak terkait dengan karakteristik pribadi seseorang, da dapat diambil oleh siapa pun. Sama halnya seorang aktor manapun dapat menjadi seorang Romeo, siapun yang melaksanakannya harus melakukannya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, semua orang yang melakukan prilaku yang baik dapat menjadi seorang pemimpin, orang yang diusir, atau sebagai penanya dalam kelompok. Dalam banyak kasus, bahkan ketika orang telah mengisi suatu peran pergi, perannya dapat diisi oleh anggota baru.
Kita dapat mencatat persamaan lain antara peran dalam teater dan peran dalam kelompok. Ketika seseorang mengambil peran Romeo, ia menghafal skrip dan melatih tindakannya. Dia bisa mendalami bagian-bagian perannya dengan membawakan pribadinya kedalam perubahan tingkah laku. Dia tidak bisa menyimpang terlalu jauh dari skrip, atau Romeo tidak akan menjadi Romeo. Persamaannya, peran dalam kelompok sosial merupakan hal yang fleksibel luas dan besar tetapi masih memerlukan suatu perilaku tertentu. Interaksi dengan anggota kelompok akan menjadi kacau jika suatu anggotanya gagal menempati dasar perannya. Lagipula seorang sutradara dapat mengganti peran seseorang apabila dia tidak bagus dalam bermain.( Biddle, 1979; Sarbin & Allen, 1968).
BIDDLE DALAM PENGERTIAN PERAN
Mengacu pada catatan seorang ahli teori peran Bruce J. Biddle, kata peran sering dikemukakan dalam ceramah ilmu sosial, tetapi dengan perbedaan makna yang rumit. Bagi beberapa, kata peran menandakan perilaku yang biasanya digunakan dalam kelompok. Bagi yang lainnya, peran menyediakan basis harapan mengenai perilaku orang dalam berbagai posisi dalam kelompok. Biddle ( 1979, 56-57) menyatakan bahwa kedua konsep tyersebut salah dalam penekanan “ gejala yang menjadi penyebab, dihubungkan dengan, atau diakibatkan oleh pencapaian peran.”. Biddle merasakan bahwa. definisi sempit seperti itu hanya membatasi seperti keseluruhan bola lilin. Kita perlu memulai dengan definisi yang luas dan penuh arti dari konsep peran. Bagi Biddle, suatu peran digambarkan sebagai “perilaku yang merupakan karakteristik seseorang dalam suatu konteks. ( untuk analisa yang lebih dalam lihat Biddle 1979.)
2. Pembedaan peran
Peran kelompok dan peran dalam drama memiliki banyak persamaan satu sama lain, tetapi juga memiliki perbedaan yang signifikan. Jika dalan drama peran diciptakan oleh sutradara dan ditugaskan secara seksama terhadap para akto, dalam sebuah kelompok kecil, peran berkembang dari waktu ke waktu. Ketika pertama kali kelompok dibentuk secara khas peserta mempertimbangkan diri mereka sebagai anggota, pada dasarnya akan sama pada setiap anggota. Namun secara berangsur-angsur dalam sebuah proses yang dimnamakan pembedaan peran, beberapa peran muncul. Seperti pada Andes yang selamat, proses ini terjadi secara cepat, seperti halnya konsisten dengan riset terdahulu yang mengusulkan pembedaan itu adalah kelompok terbesar yang harus mengatasi suatu keadaan darurat atau berhadapan dengan permasalahan sulit ( Bales, 1958). Dalam kelompok ini bersama seorang pemimpin, muncul peran pencipta doktor, perawat, dan pembersih, yang tercipta dari pejalan kaki, yang diciptakan dengan tujuan untuk berjalan kaki bawah dari pegunungan; seperti halnya pengadu, pesimis, optimis dan bermalas-malas.
3. Peran Tugas dan Peran Socioemotional
Para ahli terdahulu berpendapat bahwa pembedaan tingkat peran dalam kelompok terjadi ketika mayoritas anggota saling mengenal satu sama dan mengenal individu sebagai pemimpin dan yang lainya sebagai pengikut. ( lihat Bunny, 1976). Pemimpin cenderung untuk menjadi orang yang paling terkait dengan memenuhi tugas yang ada, mengorganisir kelompok untuk bergerak ke arah pencapaian tujuan, dan memberi dukungan pada semua anggota kelompok lain . Para pengikut, pada sisi lain, menerima bimbingan pemimpin dan mencoba untuk memenuhi tugas.
Di antara para orang yang selamat, Marcelo dikenali sebagai pemimpin, karena posisi nya sebagai kapten regu dalam Rakbi maka, Ia mengambil tanggung jawab untuk mengorganisir kelompok ke dalam regu sebuah kelompok yang terorganisir degan tugasnya masing-masing, dan ternyata survivor yang lain menghormati pendapatnya, dan mempercayakan kepada dia untuk melakukan apa saja yang dapat mengoptimalkan kinerja pertolongan, dan lainnya, seperti doktor dan pasien, guru dan siswa, atau ibu dan putri, Marcelo dan para pengikutnya bersama-sama adalah mitra peran dihubungkan dengan suatu hubungan timbal balik. Sebab kebanyakan dari aktivitas kepemimpinan Marcelo telah terpusat pada capaian tugas kelompok, ia mengisi tugas khusus dalam kelompok itu.

Maas, Linda T. Peranan Dinamika Kelompok dalam Meningkatkan Efektifitas Kerja Tim. ©2004 Digitized by USU digital library
Munir, Baderel. (2001). Dinamika Kelompok Penerapannya dalam Laboratorium ilmu Perilaku. Jakarta: Percetakan Universitas Sriwijaya.
Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Santosa, Slamet. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
Walgito, Bimo. (2006). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar