Selasa, 17 November 2009

Landasan Filosofis, Individualitas dan Manejerial BK Perkembangan

Landasan Filosofis, Individualitas dan Manejerial BK Perkembangan

Filsafat bimbingan konseling bersumber dari filsafat tentang hakikat manusia. Ragam penafsiran dalam memahami hakikat manusia dapat digolongkan ke dalam tiga model. Pertama, penafsiran rasionalistik atau klasik, bersumber dari filsafat yunani dan romawi, yang memandang manusia sebagai makhluk rasional dan manusia dipahami dari segi hakikat dan keunikan pikirannya. Pandangan ini merupakan pandangan optimistic, terutama mengenai keyakinan akan kemampuan pikirannya. Kedua, penafsiran teologis melihat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan dan dibuat menurut aturan tuhan. Manusia hanya akan menemukan dirinya apabila mentransendensikan dirinya kepada tuhan. Penafsiran ini tidak melihat manusia dari segi keunikan pikiran atau hubungannya dengan alam. Ketiga, penafsiran iliah yang diwarnai ragam sudut pandang keilmuan, antara lain ilmu-ilmu fisis yang menganggap manusia sebagai bagian dari alam fisikal sehingga harus dipahami dari segi hokum fisis dan kimiawi.
Ketiga penafsiran yang disebutkan bukanlah tafsiran komprehensif tentang hakikat manusia. Tafsiran rasionalistik merupakan unsure kehendak yang ada pada diri manusia dan harapan social yang harus menjadi rujukan dalam proses berpikir manusia. Tafsiran teologis meletakan manusia hanya bergantung kepada kekuatan transcendental dan nilai-nilai ketuhanan menjadi sesuatu yang sempit dan statis karena tidak bias dipikirkan manusia. Tafsiran ilmiah hanya melihat manusia sebagai serpihan dari dunianya yang harus tunduk kepada hukum-hukum alam atau manusia sebagai produk sosial belaka.
Unsur pikiran, fitrah, kehendak, kebebasan, harapan social, hokum alam dan nilai-nilai transcendental adalah faktor-faktor eksistensial yang melekat pada kehidupan manusia. Memahami hakikat manusia berarti memahami seluruh factor yang disebutkan secara konprehensif dan utuh. Manusia adalah makhluk Allah yang Maha Kuasa, yang memiliki kehendak dan kebebasan, manusia patut mengembangkan diri atas kemerdekaan pikiran dan kehendak yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa, dalam tatanan kehidupan bersama yang tertuju kepada pencapaian kehidupan sejalan dengan fitrahnya. Kondisi eksistensial manusia mengandung makna bahwa manusia berada dalam proses menjadi menuju keberadaan diri sebagai makhluk pribadi, social dan makhluk Allah Yang Maha Kuasa.
Ada tiga fungsi pendidikan yaitu fungsi pengembangan, membantu individu mengembangkan diri sesuai potensinya, peragaman diferensiasi), membantu individu memilih arah perkembangn yang tepat sesuai potensinya, dan integrasi,membawa keragaman perkembangan ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi pribadi utuh.
Dalam mewujudkan pribadi utuh, BK peduli terhadap pengembangan kemampuan nalar yang motekar atau kreatif untuk hidup baik dan benar. Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti disebutkan terarah kepada upaya membantu individu, dengan kemotekaran nalarnya, untuk memperhalus (refine), menginternalisasi, memperbaharui dan mengintegrasi system nilai ke dalam perilaku mandiri. Dalam upaya semacam itu, BK amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu, akan tetapi tidak berarti bahwa BK adalah psikologi terapan, karena BK tetap bersandar terarah perkembangan manusia sesuai hakikat eksistensialitasnya. BK tidak cukup bertopang pada kaidah psikologis melainkan harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhllluk Allah Yang Maha Kuasa.
Perkembangan kemandirian terarah kepada penemuan makna diri dan dunia, dan pemaknaan itu akan beragam sesuai dengan denan persepsi manusia akan diri dan dunianya. Proses memaknai adalah proses selektif, ditentukan melalui proses memilih, dan karena itu bangu kehidupan setiap diri manusia akan berbeda. Dalam tataran pemaknaan yang lebih tinggi akan terjadi makna sinoptik atau trasendensi lingkungan, yang menggambarkan interaksi individu dengan dunianya tidak lagi dalam interaksi subyek-obyek, melainkan merupakan hubungan antar subyetivitas, yakni proses dialog dalam diri.
Proses memilih adalah proses menimbang berbagai alterbatif, sebuah proses reaktif atau implusif. Kemandirian berkembang melalui pengembangan kemampuan berpikir, kreativitas, imajinasi, yang akan membawa manusia kepada pemahaman tentang perbedaan diri dengan lingkungan dan orang lain, dan keterpautan diri dengan lingkungan. Dalam tahapan seperti ini, individu akan berupaya sedikit demi sedikit malepaskan diri dari ikatan otoritas dan menuju kepada hubuangan mutualistik, mengambangkan kekhususan diri, mengembangkan kemampuan instrumental untuk memenuhi sendiri aktivitas hidup.
Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan.

dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar