Anxiety Disorder
Secara harafiah, anxiety disorder dapat diartikan sebagai gangguan cemas, yaitu perasaan takut dan khawatir yang tidak menyenangkan. Apabila kecemasan dan ketakutan terjadi secara berlebihan dan mengganggu fungsi normal seorang manusia, hal itu disebut gangguan cemas (anxiety disorder).
Berdasarkan DSM-IV, gangguan cemas terbagi menjadi enam kategori utama, yaitu phobia, gangguan panik (panic disorder), generalized anxiety disorder (GAD), obsessive-compulsive disorder (OCD), post-traumatic stress disorder (PTSD), dan acute stress disorder.
I.Phobia
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu atau kecemasan yang luar biasa yang diperantarai oleh rasa takut secara terus menerus dan irasional, terhadap bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar (yang bagi orang lain dipandang tidak berbahaya). Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah. Rasa takut yang dialami oleh penderita fobia akan hilang secara otomatis dengan cara menghindari objek yang ditakutinya.
Secara umum phobia dibagi dua yaitu phobia spesifik dan phobia sosial.
Phobia Spesifik
Phobia spesifik adalah suatu ketakutan yang tidak beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Ada lima jenis phobia spesifik berdasarkan sumber ketakutannya, yaitu
(1) phobia terhadap binatang tertentu (kucing, anjing, ular),
(2) phobia terhadap keadaan alam (debu, ketinggian, hujan, petir),
(3) phobia terhadap situasi tertentu (berada di dalam elevator, pesawat),
(4) phobia terhadap darah, luka dan suntikan,
(5) phobia terhadap hal lain (kematian, penyakit, tercekik).
Phobia spesifik juga dipengaruhi oleh budaya seperti pa-leng (ketakutan terhadap dingin dan kehilangan panas tubuh) di Cina dan taijin kyoshu-fo (ketakutan akan mempermalukan seseorang) di Jepang.
Phobia sosial
Individu dengan phobia sosial mengalami ketakutan yang menetap dan tidak rasional yang biasanya berhubungan dengan keberadaan orang lain. Individu dengan phobia ini memiliki ketakutan bahwa mereka diperhatikan oleh orang lain dan mereka akan melakukan hal yang memalukan. Akibatnya, mereka akan menghindari situasi-situasi yang menurut mereka potensial untuk terjadinya hal-hal tersebut atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
• berbicara atau tampil di depan umum
• makan di depan orang lain.
• Menandatangani dokumen sebelum bersaksi.
• Menggunakan kamar mandi umum.
• Penderita merasa penampilan atau aksi mereka tidak tepat.
mereka seringkali khawatir bahwa kecemasannya akan tampak, sehingga mereka berkeringat, pipinya kemerahan, muntah, gemetaran atau suaranya bergetar; jalan pikirannya terganggu atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud mereka. jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai dengan kecemasan pada hampir seluruh situasi sosial. penderita fobia sosial menyeluruh biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan merasa terhina atau dipermalukan.
beberapa orang memiliki rasa malu yang wajar dan menunjukkan malu--malu pada masa kanak-kanak yang di kemudian hari berkembang menjadi fobia sosial. yang lainnya mengalami kecemasan dalam situasi sosial pertama kali pada masa pubertas. fobia sosial sering menetap jika tidak diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin mereka ikuti.
Fobia secara Etiologi
Psikoanalisa
Menurut Freud, phobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan dipindahkan ke suatu objek atau situasi yang memiliki hubungan simbolik dengannya.
Behavioral
Penjelasan utama behavioral mengenai phobia adalah avoidance conditioning. Avoidance conditioning ini diformulasikan sebagai gabungan dari classical conditioning dan operant conditioning. Individu mempelajari bahwa sesuatu hal menakutkan karena hasil pairing stimulus netral dan dan stimulus terkondisi, lalu ia mempelajari bahwa ia dapat mengurangi rasa takut dengan menghindar dari stimulus terkondisi tersebut. Respon tersebut dipertahankan karena terbukti dapat mengurangi ketakutan atau kecemasan.
Kognitif
Sudut pandang kognitif terhadap kecemasan secara umum dan phobia secara khusus berfokus pada bagaimana proses berpikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan pada bagaimana pikiran dapat membuat phobia menetap. Kecemasan dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif, menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam, dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa mendatang.
Biologis
Pendekatan biologis berpendapat bahwa orang yang memiliki phobia memiliki suatu malfungsi biologis yang dapat memicu terjadinya phobia tersebut setelah terjadinya kejadian yang penuh stres. Beberapa penelitian mengenai hubungan phobia dengan sistem biologis seseorang adalah penelitian mengenai sistem saraf otonom dan faktor genetik.
Terkadang kita agak sulit membedakan mana yang sungguh-sungguh kasus fobia dan mana yang bukan. Contoh kasus lain adalah: seorang anak tidak mau sekolah karena di sekolah ia sering diejek dan diganggu oleh teman-temannya. Ada juga anak kedua yang tidak mau masuk sekolah karena pada saat mau masuk sekolah ia merasa panik. Secara deskriptif kedua anak tersebut mengalami “fobia-sekolah”. Tapi bagi anak kedua dia benar-benar mengalami fobia-sekolah. Freud mengansumsikan bahwa fobia bukan hanya sekedar rasa takut terhadap objek tertentu saja yang dapat diatasi dengan cara menghindari objek tersebut. Namun fobia lebih merupakan suatu tanggapan terhadap suatu ancaman yang terletak di dalam pikiran. Sebenarnya yang menjadi objek fobia tidaklah menakutkan. Tetapi sumber ketakutan tersebut terletak di pikiran.
sumber:
kartini kartono. kesehatan mental
Selasa, 17 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar