Sabtu, 09 Oktober 2010

TEORI-TEORI KARIR DALAM KOMBINASI

A. PENGGABUNGAN TEORI
Dalam pembahasan di bab ini, dimungkinkan untuk menggabungkan teori agar sesuai antara suatu orientasi teori konseling dan seting kerja. Untuk menggabungkan satu teori dengan teori lainnya dalam konseling, akan lebih membantu bila teori-teori tersebut dibagi dalam tiga kategori, yaitu teori sifat dan faktor, teori masa hidup dan teori pengambilan keputusan karier. Yang termasuk dalam kategori teori sifat dan faktor adalah teori sifat dan faktor umum, tipologi Holland, tipologi Myers-Briggs, dan teori penyesuaian kerja Lofquist dan Dawis. Yang termasuk dalam teori masa hidup tidak hanya karya Super, tetapi juga Gottfredson, Atkinson, Morten, dan Sue, dan Hopson dan Adams. Sedangkan yang termasuk kategori teori pengambilan keputusan karier adalah teori belajar sosial Krumboltz dan perspektif individualistis dari Tiedeman dan Miller-Tiedeman serta pendekatan penghapusan sekuensial Gati.
1. Menggabungkan Teori Life Span dengan Teori Trait and Factor dan Teori Pengambilan Keputusan Karier
Karena teori Life Span Super mencakup keseluruhan hidup seorang individu, teori ini bisa digabungkan dengan teori trait and factor, dan teori pengambilan keputusan karier. Teori-teori semacam itu fokus pada isu-isu pilihan karier atau pekerjaan penyesuaian pada waktu tertentu.
a. Masa kanak-kanak
Ginzberg dan koleganya menekankan pada pengembangan minat, kapasitas, dan nilai-nilai. Gottfredson fokus pada orientasi ukuran dan kekuatan, peran seks, variabel kelas sosial, dan kesadaran diri memberikan wawasan minat ke dalam pilihan perkembangan karier. Sedangkan Super menekankan pada perkembangan keingintahuan, eksplorasi, dan informasi yang mengarah kepada perkembangan minat, perspektif waktu yang akurat, dan konsep diri yang merupakan cara lain untuk melihat perkembangan karier pada anak-anak. Karena seleksi karier dan penyesuaian pekerjaan tidak sesuai pada usia ini, teori life span menyediakan informasi yang berguna bagi para konselor yang tidak disediakan oleh teori sifat dan faktor dan teori pengambilan keputusan karier.
b. Masa remaja awal
Karya Crites dan Super menekankan pentingnya kedewasaan karier, yang ingin dimunculkan sebelum seleksi penempatan karier terjadi. Konsep perencanaan karier Super, yang meliputi eksplorasi karier, pengambilan keputusan, informasi dunia pekerjaan, dan pengetahuan tentang pilihan pekerjaan, berfokus pada kesiapan individu. Mengacu pada teori perkembangan seperti dari Super, kedewasaan karier terletak pada titik kesiapan kejuruan (atau beberapa pendekatan daripadanya) bahwa teori sifat dan faktor dan teori pengambilan keputusan karier dapat berguna. Seringkali, teori sifat dan faktor dan teori pengambilan keputusan karier digunakan dalam kelompok usia ini tanpa tindakan-tindakan kematangan.
c. Masa remaja akhir dan dewasa
Di sekolah dan perguruan tinggi, konseling bagi pemilihan karier adalah biasa. Teori-teori yang dapat digunakan diantaranya teori sifat dan faktor, teori Holland, teori Myers-Briggs, teori Lofquist dan Dawis, teori pengambilan keputusan karier, teori pembelajaran sosial Krumboltz dan juga teori dari Super.
d. Perkembangan karier pada masa dewasa
Dalam periode ini, teori Super, teori pengambilan keputusan karier, dan teori sifat dan faktor dapat digunakan. Dalam periode ini, ada beberapa tahap perkembangan karier, yaitu tahap eksplorasi, yang terdiri dari substages yaitu mengkristal, menetapkan dan pelaksanaan.
2. Menggabungkan Teori Sifat dan Faktor
Teori sifat dan faktor umum memungkinkan konselor untuk menekankan bakat, minat, nilai, dan kepribadian sesuai dengan yang ia inginkan. Banyak bentuk tes dan inventori tersedia di masing-masing kategori. Terserah pada konselor untuk menekankan tes dan inventori mana yang tepat untuk digunakan. Sistem Holland menekankan penggunaan penelitian diri secara langsung atau inventori kejuruan yang mengukur kompetensi kepentingan dan perkiraan diri.
3. Menggabungkan Teori Pengambilan Keputusan Karier
Tidak seperti teori sifat dan faktor, yang cenderung membedakan satu dengan lainnya karena adanya perbedaan karateristik pada setiap individu, teori pengambilan keputusan karier cenderung menggambarkannya dalam satu proses yang sama. Oleh karena itu, tidak mungkin bahwa seorang konselor berharap akan menggunakan lebih dari satu teori pengambilan keputusan karier dalam konseling. Jika seorang konselor memutuskan untuk menggunakan sebuah teori pengambilan keputusan karier dalam konseling, penting bahwa teori harus sesuai dengan orientasi konselor serta populasi klien.
4. Pilihan Konselor
Masing-masing teori sudah dijelaskan, bahkan disertai dengan berbagai macam penelitian. Untuk para konselor, mereka menawarkan pendekatan yang diuji untuk memahami dan membantu klien yang mengalami masalah karier. Apakah konselor akan menggunakan satu teori atau lebih dalam konseptualisasi masalah klien adalah keputusan konselor pribadi. Dalam hal ini, tidak ada informasi berapa banyak teori yang sesuai untuk digunakan.

B. PENERAPAN TEORI NON KONSELING
Pada beberapa kasus, materi-materi non konseling ditawarkan sebagai satu-satunya bantuan pemilihan karir. Tiga penerapan teori aplikasi non konseling dideskripsikan di sini yaitu :
1. Metode Screening
Beberapa teoris telah mengembangkan berbagai tes atau inventori yang dapat menyaring untuk konseli dan dapat sangat bermanfaat daripada konseling. Kegunaan lain dari screening atau penyaringan adalah untuk memisahkan konseli ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan skor tes sehingga intervensi konseling yang sesuai dapat diselenggarakan. Contoh instrumen screening yaitu Super’s career development inventory dan Holland’s Self-Directed Search.
2. Paper and Pencil Material
Sebagai tambahan, Holland mengembangkan The occupation finder, yang disertai dengan ratusan daftar karir yang disortir oleh tiga kode huruf Holland. Dengan begitu, siswa dapat melihat tiga kode huruf pada The occupation finder yang mereka terima dari Holland’s Self-Directed Search dan lokasi karir yang sesuai atau setidaknya mendekati kode tersebut. Para konselor mengharapkan untuk menggunakan materi-materi ini perlu mempertimbangkan biaya efektif dari materi yang relatif murah ini dan jasa dari sebuah sistem yang tidak menekankan pada pendekatan konseling pemilihan karir.
3. Sistem Bantuan Bimbingan Terkomputerisasi
Sebagai contoh, Sistem Bantuan Bimbingan Terkomputerisasi dapat ditugaskan untuk individu, sehingga memungkinkan mereka untuk memilih karir yang sesuai. Jika metode ini tidak cukup untuk seorang individu, konseling dapat ditawarkan. Instrument ini telah ditinjau ulang oleh sejumlah penulis (Harris-Bowlsbey, 1984; Rayman, 1990; Sampson, 1984). Dua sistem utama yang terkenal dan sudah sangat maju diantaranya DISCOVER dan SIGIPLUS.

C. ISU-ISU KHUSUS KONSELING
Teori perkembangan karir memiliki implikasi terhadap sejumlah isu-isu konseling. Satu pertimbangan penting adalah konseling kelompok. Dalam beberapa waktu, karena sebuh pilihan, seringkali karena terbatasnya waktu, konselor memilih untuk melakukan konseling karir secara kelompok daripada secara individu. Kebanyakan dari teori-teori yang telah didiskusikan di buku ini memberikan konselor pendekatan kelompok. Isu lain yang muncul adalah konseling karir sebagai suatu pertimbangan kedua. Beberapa konselor bekerja dalam setting dimana mereka terbagi dengan masalah personal atau keluarga, sehingga menjadikan masalah karir sebagai sebuah tambahan yang berarti. Sebagai contoh, konselor mungkin dipercaya melakukakn konseling untuk memilih karir, tetapi lebih sering melakukan pekerjaan konseling tambahan sebagai bagian dari isu lainnya. Memilih sebuah teori perkembangan karir untuk digunakan dalam kasus tersebut mungkin menjadi berbeda dari kasus yang tanggungjawab utamanya adalah konseling karir. Isu lainnya yaitu penampilan kerja para konselor itu mengubah teori perkembangan karir, yang salah satu konselor gunakan ketika salah satu lainnya mengubah seting kerja. Sebagai contoh, jika konselor berganti dari sebuah pekerjaan yang telah konselor lakukan dengan anak menjadi bekerja dengan orang dewasa, teori perkembangan karir yang konselor kerjakan mungkin menjadi berbeda dalam dua seting. Tugas lain konselor adalah penempatan dan konseling penyaluran. Teori yang telah didiskusikan pada buku ini memiliki implikasi untuk membantu orang menempati sebuah pekerjaan yang telah mereka putuskan tentang karir yang mereka harap tercapai. Meskipun masalah ini tidak semua konselor alami, tetapi masalah ini cukup banyak muncul.
Kebanyakan para pembuat teori perkembangan karir lebih memperhatiakan pemilihan karir dan penyesuaian karir daripada isu mencari perkerjaan. Bagaimanapun, kebanyakan saran yang ditawarkan memang praktis, namun tidak berhubungan dengan teori.
Satu pengecualian dalam hal ini adalah buku The Work of Azrin and Besasel (1980), yang telah mengembangkan konsep Job Club.pendekatan ini didasarkan pada prinsip behavioral yaitu positive reinforcement. Memfokuskan pada professional yang kehilangan pekerjaan, Azrin mengembangkan sebuah pendekatan terstrukture sehingga anggota Job Club bisa saling menguatkan satu sama lain untuk maju dalam mencari pekerjaan. Focus Azrin adalah mencari pekerjaan ketika seseorang mengalami krisis pekerjaan. Teori perkembangan karir pada buku Azrin ini menawarkan cara pandang krisis dan transisi normal yang terjadi ketika individu lulus dari sekolah menengah atau universitas dan kemudian mencari pekerjaan.
Satu pendekatan untuk mencari pekerjaan bisa diramalkan dengan teori Holland. Seringkali orang yang mencari pekerjaan terdorong untuk menjual dirinya kepada para pemberi kerja untuk membangun kontak jaringan yang bisa membantu mereka mencari pekerjaan dan untuk mendapat kepastian dalam pencarian kerja mereka. Ketika membantu seorang konseli dalam proses mencari pekerjaan, konselor mungkin ingin mempertimbangkan tipe Hollan pada diri konselinya dan bagaimana bisa membangun strategi mencari kerja yang sesuai.

D. PENGGUNAAN TES DALAM TEORI
Teori perkembangan karir bervariasi menyangkut pentingnya tes dalam konseptualisasi masalah karir konseli. Secara umum, teori Trait and Factor cenderung lebih percaya dalam penggunaan tes dari pada teori perkembangan sepanjang hayat, yang pada gilirannya menggunakan tes-tes daripada teori membuat keputusan karir.
Teori tipologi Holland juga mengukur trait-factor, tetapi mengkarakteristikan ke dalam enam tipe yang sesai dengan tipe lingkungan. Diantaranya merupakan inventor umum, yaitu The strong interest inventory, yang menyajikan skor untuk enam tipe. Sebagai tambahan, Holland vocational preference inventory and Self-Directed Search didesain untuk menyajikan angka bagi ke enam tipe sehingga kesesuaian bisa terjadi dengan lingkungan pekerjaan.
Tipe indikator Myers-Briggs memberikan informasi kepada konselor tentang tipe kepribadian konseli. Konselor yang menggunakan teori ini dalam pekerjaan mereka cenderung mempercayakan asesmen tipe kepribadian pada Tipe indikator Myers-Briggs. Mungkin tes serupa dibuat oleh teori penyesuaian kerja. Skor konseli dalam The General Aptitude Test Battery and The Minnesota Importance Questionnare sesuai dengan pola kemampuan dan kebutuhan serta pola nilai penguatan yang lebih dari 1700 karir.
Untuk teori perkembangan sepanjang hayat, tes melayani tujuan identifikasi isu penting perkembangan yang ditampilkan individu. Inventor perkembangan karir Super meng-asses fase perkembangan kematangan karir. Super’s Adult Career Concern Inventory mengukur secara luas perhatian orang dewasa terhadap masalah yang berhubungan dengan eksplorasi, penetapan, pemeliharaan, atau fase pengikatan atau sub tahapan lainnya. Secara umum, inventor yang mengukur tugas perkembangan kurang tepat dari pada pengukuran Trait-factor. Hal ini karena isu pekembangan sepanjang hayat sangat luas dan kurang terprediksi daripada pengukuran bakat atau minat. Bagaimanapun, instrumen bisa tetap digunakan dalam konseptualisasi perhatian karir. Teori membuat keputusan karir fokus pada proses menyeleksi karir. Meskipun tes sering kali menjadi bagian dari proses ini, namun tes merupakan fokus kedua, tidak seperti pada teori trait-factor yang menjadi fokus utama.

E. PENERAPAN TEORI ISU PERKEMBANGAN KARIER WANITA.
Informasi mengenai perkembangan karier wanita paling banyak datang dari teori Life-span. Dibandingkam dengan teori trait and factor atau teori career decision making, teori life-span menggambarkan perhatian terhadap isu peran gender yang berpengaruh terhadap perkembanagan karier pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Pengetahuan mengenai streotip peran gender dan isu peran gender wanita dalam berbagai tahapan dalam kehidupan mereka dapat memebantu dalam penyusunan pekerjaan dan penyeleksian karier.
Teori traut and factor telah melakukan beberapa penelitina mengenai perbedaan bakat dan minta antera pria dan wanita. Hal ini seringkali sulit dipelajari secara terpisah dengan karakteristik genetic, ada nbeberapa perbedaan skor antara pria dan wanita dalam Minnesota importance questionnaire, yang mana hal ini adalah komponene penting dalam teori work adjustment. Lorquist ddan Dawis mengatakan semua kebutuhan individuakl adalah penting, baik untuk pria mauapun wanita secara umum.
Dalam teori career decision making ada beberapa penemuan yang dapat sangat berguna bagi wanita, dalam teori social learning Krumbaltz menekankan bahwa model peran adalah yang terpenting bagi wanita. Dia menunjukan bahwa meskipun demikian kelompok sepertiwanita memiliki control kondisi lingkungan yang terbatas seperti aksi bersama ketika melakukan aksi dalam perubahan diskriminasi gender.

F. PENERAPAN TEORI DALAM ISU PERKEMBANGAN KARIR ORANG DENGAN KULIT BERWARNA
Secara umum penelitian mengenai perkembangan karier people of color jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan penelitian mengenai perkembangan karier wanita. Teori trait and factor sama baiknya dengan teori career dicision making memilih dukungan informasi yang relative kecil tentang variasi kareakteristik people of color. Satu hal yang sulit dalam penafsiran tentang penelitian minat, bakatn dan kepribadian dalam kelompok konseli individual. Toeri social learning menekankan bagian terpenting dari dari orang yang menjadi taldan memiliki latar belakang yang sama. Secara unum children of color akan mendapat pencegahan atau kases yang terbatas untuk melakukan kegiatan eksplorasi yang membantu mereka memperoleh informasi yang membawa pada kedewasaan karier. Smith (1983) menunjukan mengenai tingginya aspurasi dari adolescence of color sering gagal karena terbatasnya akses ke pemdiodidkan dan kesempatan kerja.

definisi Pekerjaan

Menurut Kamus Jabatan Indonesia, Pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, untuk satu pekerjaan dibuat satu analisis. Satu pekerjaan dapat diduduki satu orang atau beberapa pegawai yang tersebar diberbagai tempat. Cotoh suatu pekerjaan adalah nelayan, petani dan buruh.
Sedangkan Jabatan adalah sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan dengan keterangan dan kemampuan yang sama pula, meski tersebar di beberapa tempat. Contohnya, Rektor, direktur, manajer personalia dan lain-lain. Dalam system klasifikasi jabatan nasional, untuk tiap jabatan diberi suatu kode dan nama jabatan dengan satu definisi atau uraian.
Berikut ini ada beberapa definisi tentang profesi diantaranya adalah :
1. Lokakarya Relevanci Kurikulum IKIP Yogyakarta (1978, h.9) dalam Term of Reference, memberikan arti mengenai profesi sebagai berikut : Profession: an ocupation involing relatively long and specialized oreparation on the level of higher education and governed by a special code of ethnics. Yang artinya kurang lebih : Profesi adalah sebuah jabatan yang bersifat relatif lama dan penyiapan spesialisasi pada tingkat pendidikan tinggi dan dibatasi oleh kode etik yang khusus.
2. Kamus Encyclopedi WEBSTER INTERNATIONAL (vol.II, 1976, h.761) memberikan definisi sebagai berikut :”……Profession, a vowal or public a knowledgement of one’s bellifs or loyalities. Yang artinya profesi adalah suatu pengakuan masyarakat terhadap sesuatu yang menyangkut tentang kepercayaan (loyalitas).
Dari batasan-batasan di atas kiranya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Profesi adalah suatu jabatan yang membutuhkan latihan atau pendidikan yang cukup lama , yang dibatasi oleh kode etik tertentu dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat akan loyalitasnya. Contoh dari suatu profesi seperti POLRI, Dokter, Guru, Konselor dan Hakim.
Berikut ini definisi job, work dan hobby menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.
1. Job is piece of work, either to be done, or complete.
2. Work : use of bodily or mental powers with the purpose of doing or making something (especially contrasted with play or recreation)
3. Hobby: occupation, not one’s regular business, for ones leisure time.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat perbedaan yang mendasar pada ketiganya. Job merupakan bagian dari work. Semua Work pasti merupakan Job, atau work terdiri dari berbagai Job. Sedangkan Hobby memiliki ciri khas khusus yaitu adanya unsure untuk kesenangan, tidak terikat pada tuntutan ekonomi atau pun social. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa Hobby tersebut bisa menjadi Job ataupun Work.