Selasa, 17 November 2009

perkembangan anak usia 1-3 tahun

Fisik manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ itu terbentuk pada periode pranatal. Perkembangan fisik individu menurut Kuhlen dan Thomson, memiliki empat aspek, yaitu :
1. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
2. Otot-otot, yang mempengaruhi kekuatan dan kemampuan motorik.
3. Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru.
4. Struktur fisik, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Perkembangan fisik individu usia 1-3 tahun :
1. Berat badan anak rata-rata berkisar antara 9-13 kg.
2. Tinggi badan anak rata-rata berkisar antara 75-100 cm.
3. Lingkar kepala anak rata-rata berkisar antara 46,5-50 cm.
4. Lingkar lengan atas anak rata-rata berkisar antara 16 cm saja.
5. Pertumbuhan gigi anak, rata-rata gigi susunya sudah tumbuh secara menyeluruh, yaitu sebanyak 20 gigi.
6. Organ-organ keindraan sudah berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mereka sudah lancar berbicara, lancar berjalan bahkan sudah bisa berlari, sudah dapat merasakan enak dan tidaknya suatu makanan, dll.
7. Kelenjar-kelenjar endokrin bekerja sangat giat, sehingga anak pada usia tersebut senang sekali menirukan kegiatan atau tingkah laku orang-orang disekitarnya.

Bagaimanapun kehidupan anak sangat bergantung pada orang tuanya. Terlebih lagi pada masa-masa awal kehidupannya. Bagitu juga perkembangan inteligensinya, bisa tidaknya kemungkinan inteligensi seorang anak ditingkatkan, sangat bergantung pada orang tuanya. Anak tidak akan mengalami sesuatu yang baru, kalau orang tua tidak mengaturnya. Dia tidak akan pergi sama-sama jika orang tua tidak mengajaknya. Dia tidak akan mempunyai mainan jika orang tua tidak membelikannya. Karena itu, jelas bahwa seorang anak balita tidak mungkin mengaktualkan potensi intelektualnya seoptimal mungkin sendirian, tanpa didampingi orang tuanya. Dia membutuhkan orang tua yang sensitip tehadap kebutuhan-kebutuhannya, mau mendengarkan secara responsif, memberikan perhatian bila dia mendapat kesulitan, mau berbicara dan tidak banyak tuntutan atau larangan sejauh tidak membahayakan keselamatannya.
Berkaitan dengan masalah inteligensi anak ini, dalam bukunya How to Raise a Brighter child, Joan Beck (1978) mengemukakan beberapa teori hasil berbagai

9

penelitian dalam bidang pendidikan, kedokteran, dan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku. Meskipun sebagian teori ini belum dibuktikan kebenarannya dalam penelitian, akan tetapi banyak sekali riset ilmiah bidang lain yang memperkuat teori tersebut. beberapa teori tersebut adalah sebagai berikut.
1. Anak tidak memiliki taraf kecerdasan yang sudah terbentuk dan tidak juga memiliki tempo perkembangan yang tidak bisa diubah. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa permulaan kehidupannya.
2. Rangsangan di masa kecil bisa mengubah ukuran dan fungsi kimiawi dari otak.
3. Faktor keturunan menentukan batas tertinggi bagi taraf kecerdasan anak tetapi batas ini demikian tinggi sehingga para sarjana yakin, tidak seorang manusia pun yang pernah mencapainya.
4. Terdapat masa-masa peka pada kehidupan anak terhadap beberapa jenis belajar. Masa peka ini merupakan tingkatan dalam perkembangan ketika keadaan otak sedang tumbuh, sehingga memudahkan anak untuk melakukan beberapa jenis belajar tertentu. Setelah masa peka ini lewat, anak akan sulit atau kadang-kadang tidak mungkin lagi melakukan jenis belajar tersebut.
5. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak pula yang diketahuinya. Semakin beranekaragam rangsangan lingkungan yang pernah dihadapinya, semakin besar pula kemampuan untuk mengatasi atau menguasai rangsangan-rangsangan itu.
Dalam bukunya Introduction to Psychology, Rita L Atkinson dan kawan-kawan menjelaskan, kondisi lingkungan yang menentukan potensi inteligensi individu akan berkembang, antara lain nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi (rangsangan), iklim emosional di rumah, dan jenis umpan balik yang ditimbulkan oleh perilaku. Misalnya, dua anak yang

10
memiliki gen yang sama, anak dengan nutrisi prenatal dan postnatal yang lebih baik, yang mendapatkan rangsangan intelektual lebih banyak, dan rumah yang secara emosional lebih nyaman, serta hadiah yang lebih tepat untuk pencapaian akademik, akan mendapatkan nilai IQ yang lebih tinggi jika diuji di kelas satu. Atkinson memberi contoh, nutrisi pada kehidupan awal dapat memiliki pengaruh jangka panjang terhadap inteligensi.
Mengapa IQ mengalami perubahan? Dan mengapa kadang-kadang IQ itu berubah demikian besar? Para peneliti mengatakan bahwa tes IQ untuk bayi dan anak kecil, tertama hanya mengukur keterampilan motorik, dan keterampilan ini belum tentu berhubungan langsung dengan kecerdasan pada masa berikutnya.
Berbagai faktor emosional juga dianggap bisa menyebabkan naik turunnya angka IQ. Namun, para peneliti berpendapat bahwa perubahan IQ, mungkin disebabkan taraf kecerdasan yang sebenarnya memang sudah berubah. Dan menurut mereka peningkatan atau penurunan ini disebabkan banyak atau kurangnya rangsangan dari lingkungan.
Para psikolog beranggapan bahwa lingkungan verbal seorang anak lebih penting daripada lingkungan fisiknya. Bahasa yang didengar oleh seorang anak setiap harinya dapat memajukan atau menghambat perkembangan inteligensinya. Suatu eksperimen yang dilakukan di New York beberapa tahun lalu, telah menunjukkan bahwa rangsangan bahasa dapat meningkatkan IQ anak. Sekelompok anak TK yang berusia 3-4 tahun, setiap harinya selamam 15 menit diberi pelajaran bahasa secara perseorangan. Kelompok lain dari kelas yang sama, setiap hari selama 15 menit diberi perhatian perseorangan tetapi tidak diberi pelajaran bahasa. Setelah 4 bulan kelompok anak yang diberi pelajaran bahasa IQ-nya bertambah 14, sedangkan kelompok yang tidak diberi pelajaran bahasa hanya bertambah angka IQ-nya 1 atau 2 (Hadisubrata, 1988).

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad. 1997. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Hurlock, Elizabeth. 1980. Psiologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Narendra, Moersintowarti B, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : CV Sagung Seto.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda Karya.
Zulkifli. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar